Tuesday, September 14, 2021

Tatkala Adinda Dikorbankan Demi Kepentingan Kakanda

Jelang kontestasi, beberapa adinda dari pengurus komisariat dirampas haknya. 

Seketika persaudaraan di himpunan dilanda kepentingan para kakanda, seketika itu pula persaudaraan telah pudar. Saling menghargai adalah penguatan persaudaraan namun yang terjadi adalah saling menghujat demi tujuan yang berbeda dalam sebuah organisasi yang memiliki tujuan yang sama. 

Hei.. Para kakanda !! ingatkan kalian perjuangan adinda berjuang demi himpunan.

Hei...Para kakanda !! ingatkah kalian perjuangan adinda dalam membesarkan himpunan. 

Hei ... Para kakanda !! ingatkah kalian perjuangan adinda demi memperlebar sayap hijau hitam. 

Hei ... Para kakanda !!ingatkah kalian perjuangan adinda menjaga nama baik dan merawat himpunan. 

Tapi ahh' sudahlah. Telah nampak kecurangan yang terjadi, adinda yang berjuang kini di kambing hitamkan, adinda yang berjuang kini diasingkan, adinda yang berjuang kini tak diperdayakan. 

Ada apa dengan HMI hari ini? Dimanakah independensi yang selalu dikoarkan ketika di forum-forum besarnya HMI? Dimanakah semboyan “Berteman Lebih dari Saudara" ? Dimana konstitusi HMI sekarang berada? Apakah independensi tidak lagi layak untuk kader HMI hari ini? Apakah semboyan itu sudah hilang? Apakah konstitusi hanya sekedar kitab yang akan kusam dimakan usia? Masih adakah harapan para founding fathers kita yang tersisa?

Semua orang meneriakkan keadilan padahal didalamnya tersembunyi akan kepentingan individu dan kelompok tertentu. Bagaimana kita mau berbicara mengenai tujuan HMI yang diterjemahkan didalam mission HMI, kalau kita tidak tuntas dengan persoalan diri sendiri.

Semua punya kepentingan, itu benar adanya. Tetapi, apakah dengan kepentingan tersebut, lantas kita rela menjadi lawan dan menghabisi kawan? Apakah dengan kepentingan tersebut, kita tega mencederai konstitusi berkali-kali? Semua beralasan bahwa, ini demi kepentingan umat. Umat yang mana yang kamu bicarakan? Jangan-jangan keadilan yang kamu teriakkan adalah keadilan untuk kepentingan golonganmu saja.

#Salam Hijau Hitam
#Yakin Usaha Sampai 

Tuesday, September 7, 2021

Opini: Mahasiswa Masa Kini

Mamuju - Mengawali tulisan ini, saya akan bercerita  mengapa kemudian saya berinisiatif untuk membuat narasi singkat. 

Jika kita memperhatikan situasi sekarang ini, tekhusus di warung-warung kopi yang berada di sudut kota mamuju pasti tak terlepas dari konsumen yang berlabelkan mahasiswa.

Sejak munculnya corona virus desease 19 yang menghantui kita semua, sejak itu pula proses belajar mengajar berlangsung secara daring, bukan luring. Sehingga berimplikasi pada ruang mahasiswa. Semisal, mahasiswa yang tidak menerima proses perkuliahan lagi di kampus justru kemudian berpindah tempat ke warung kopi. 

Kesadaran intelektual pelajar/mahasiswa akan mendorong mereka sendiri untuk belajar meski kemudian bukan di kampus. Mereka harus memahami bahwa belajar itu tidak mesti di ruang formal. Dan praktik pendidikan yang tidak lagi mengandalkan gedung formal harus diseriusi. Sebab, tidak ada jaminan kedepannya virus ini telah tiada. Jika tidak ada bayangan virus ini akan tiada, maka membutuhkan langkah serius menghadapinya. Jangan jadikan virus sebagai alasan untuk bermalas-malasan belajar. 

Ada beberapa penilaian ketika mahasiswa berkumpul di warung kopi. Tak sedikit yang menilainya bahwa mahasiswa hanya bersenang-senang atau disebutnya kaum hedon. Sementara ada juga beberapa mahasiswa yang  mendiami warung kopi seharian hanya untuk mencicipi cita rasa kopi sembari nebeng WiFi untuk mencari tahu misalnya mereka searching di google. Tidak hanya itu, mereka juga duduk lama di warung kopi mendiskusikan hal-hal yang perlu diberikan perhatian instansif. Maka jangan heran kalau ada yang menyatakan bahwa selesaikan masalahmu di meja kopi. Sebab kopi yang menghantarkan akalmu mencari solusi. 

Tetapi, tidak sedikit pula mahasiswa yang mendiami warung kopi hanya untuk bermain domino higs, inilah awal kemunduran kita sebagai pelajar/mahasiswa karena akan berimplikasi pada kesadaran intelektual, hingga akhirnya yang terfikirkan hanya chip-chip. Chipmu dulue . Heheheh 

Mari merawat fikiran tanpa ada pengaruh higs domino, dan tetap belajar. Sebagaimana adagium socrates; alam raya adalah sekolah ku, semua orang adalah guruku dan sejalan apa yang dinyatakan bapak pendidikan Ki Hadjar Dewantara; Jadikan semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru. 

Mamuju, 07 September 2021

HmI Komisariat Metro Unimaju Wujudkan Kader HmI Maju

Mamuju – Pembukaan Basic Training Latihan Kader 1 (Lk-1), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Metro Unimaju, mengambil tem...